Pupuk organik kini menjadi pilihan utama banyak orang yang ingin bercocok tanam secara ramah lingkungan. Selain lebih aman bagi tanah dan tanaman, pupuk organik juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem.
Namun, tidak sedikit yang mengalami kegagalan dalam proses pembuatannya karena melakukan beberapa kesalahan umum. Nah, kali ini kita akan membahas apa saja kesalahan yang sering terjadi dalam pembuatan pupuk organik serta solusi tepat agar hasilnya lebih optimal.
1. Menggunakan Bahan yang Tidak Tepat
Kesalahan pertama yang sering dilakukan adalah memakai bahan mentah yang tidak sesuai. Misalnya, menggunakan limbah rumah tangga yang mengandung bahan kimia seperti sabun, minyak, atau plastik kecil yang tidak bisa terurai. Selain itu, banyak yang mencampurkan kotoran hewan yang masih segar tanpa proses pengomposan terlebih dahulu.
Solusinya: Pastikan Sobat hanya menggunakan bahan organik murni, seperti sisa sayur, daun kering, jerami, atau kotoran hewan yang sudah setengah matang (setelah difermentasi minimal dua minggu). Hindari bahan yang mengandung zat berbahaya, karena dapat menghambat proses penguraian dan merusak mikroorganisme baik.
2. Perbandingan Bahan Hijau dan Kering Tidak Seimbang
Dalam pembuatan pupuk organik, keseimbangan antara bahan hijau (kaya nitrogen) dan bahan kering (kaya karbon) sangat penting. Banyak orang hanya menggunakan daun hijau atau rumput tanpa menambahkan bahan kering seperti serbuk gergaji atau jerami. Akibatnya, proses pengomposan menjadi lambat dan menghasilkan bau tidak sedap.
Solusinya: Sobat bisa menggunakan perbandingan 1:2 antara bahan hijau dan bahan kering. Bahan hijau berfungsi menyediakan nutrisi, sedangkan bahan kering membantu menjaga aerasi dan struktur kompos. Dengan rasio yang tepat, pupuk akan matang lebih cepat dan tidak menimbulkan aroma yang mengganggu.
3. Kelembapan Tidak Dijaga dengan Baik
Salah satu faktor utama keberhasilan pupuk organik adalah kadar air. Jika terlalu kering, mikroba pengurai tidak aktif. Sebaliknya, jika terlalu basah, pupuk menjadi anaerob (kurang oksigen) dan menimbulkan bau busuk.
Solusinya: Coba Sobat periksa kelembapan bahan dengan cara sederhana: ambil segenggam campuran bahan, lalu remas. Jika terasa lembap dan keluar sedikit air, artinya kelembapan sudah pas. Jika air menetes banyak, kurangi dengan menambahkan bahan kering seperti serbuk kayu atau daun kering.
4. Tidak Melakukan Pembalikan Kompos Secara Rutin
Kesalahan umum lainnya adalah membiarkan tumpukan kompos begitu saja tanpa dibalik. Padahal, pembalikan penting untuk memasukkan oksigen dan menjaga suhu agar tetap stabil. Kompos yang tidak dibalik biasanya matang lebih lama dan menghasilkan nutrisi yang tidak merata.
Solusinya: Lakukan pembalikan minimal setiap 5–7 hari sekali, terutama pada dua minggu pertama. Dengan begitu, Sobat membantu mikroorganisme bekerja lebih efisien dalam menguraikan bahan organik.
5. Tidak Sabar Menunggu Proses Matang
Pupuk organik membutuhkan waktu untuk matang, biasanya antara 1–3 bulan, tergantung jenis bahan dan kondisi lingkungan. Banyak orang tergesa-gesa menggunakan pupuk yang belum matang karena ingin cepat melihat hasilnya. Sayangnya, pupuk yang belum matang justru bisa “membakar” akar tanaman.
Solusinya: Ciri pupuk organik yang matang adalah warna hitam keabu-abuan, tidak berbau busuk, dan teksturnya menyerupai tanah gembur. Jadi, Sobat perlu bersabar agar hasil pupuk benar-benar siap digunakan dan aman untuk tanaman.
Membuat pupuk organik memang membutuhkan ketelitian dan kesabaran, Sobat. Namun, jika dilakukan dengan benar, hasilnya sangat bermanfaat bagi tanah dan tanaman. Dengan menghindari kesalahan seperti bahan yang tidak tepat, perbandingan bahan yang keliru, kelembapan berlebih, atau kurangnya pembalikan, Sobat bisa menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi yang memperkaya tanah dan meningkatkan hasil panen.
Ingat ya Sobat, kunci utama keberhasilan pembuatan pupuk organik adalah pemahaman proses alami penguraian dan kesabaran dalam menunggu hasilnya. Dengan begitu, kebun Sobat akan semakin subur dan produktif secara alami tanpa bergantung pada pupuk kimia.
Dapatkan informasi menarik lainnya seputar berita maupun tips pelestarian dengan mengakses dlhambon.id sebagai laman resmi Dinas Lingkungan Hidup Bengkulu. Semoga bermanfaat.




